"Pelakunya adalah kakak korban." Ucap Terra pada mikrofon yang tertanam pada kacamata hitamnya. "Sampaikan pada Rheona dan Robert untuk segera menangkapnya."
"Got it." Balas Chris di ujung sambungan.
"Selamat hari Natal." Ucap Terra sebelum Chris menutup saluran komunikasi.
Sebuah kesunyian menggantung sesaat, dengan canggung Chris menjawab, "Selamat Natal juga."
Sambungan terputus.
Terra melepaskan googlenya dan meletakkannya di meja kecil samping tempat tidurnya. Dia menatap sekeliling, Kamar itu putih, kosong dan dingin, hanya berisi perlengkapan penunjang hidup dan alat-alat pengukur ini itu. Satu-satunya warna di kamar itu adalah pohon natal mini dari plastik yang diberikan Chelios kemarin. Terra menghela napas berat. Seperti biasa, hari natal pun akan dia habiskan di dalam kamar perawatannya. Sudah dua tahun terakhir ini tubuhnya tidak mengizinkannya untuk menikmati natal di luar . Dia hanya akan keluar bila itu berhubungan dengan pekerjaan. Arthur tidak mau mengambil resiko apapun bila berhubungan dengan kesehatannya. Yah, Terra menghibur diri, setidaknya dia akan melaluinya bersama orang-orang terdekatnya tapi....
Ayahnya akan sibuk menangkap pembunuh. Chelios sedang sibuk dengan kafe barunya dimana hari Natal seperti ini pasti sedang sangat ramai. Terra terus menghitung orang-orang terdekatnya. Masih ada Arthur....
"Ping!"
Terra melihat pesan yang masuk di ponselnya.
"Aku masih harus melihat hasil penelitian.... Segera kesana."
Terra memandang pesan singkat itu dengan datar sebelum meletakkan ponselnya kembali ke meja. Dia melihat jam, sudah pukul sepuluh malam. Sepertinya tahun ini dia akan sendiri di hari natal.... Gadis itu menghela napas panjang seraya menatap ke luar jendela. Sayup-sayup terdengar lagu-lagu natal yang bergema di langit Heroes City. Pandangan matanya teralih pada beberapa potong kado yang sudah dia siapkan. Barang-barang tersebut akan diserahkan setelah Natal. Terra menghela napas lagi dan kembali menatap ke luar. Salju perlahan-lahan turun dengan lembut. Terra menatap langit, tiba-tiba sebuah rasa syukur hadir dalam hatinya. Dia tersenyum, setidaknya dia masih hidup untuk menikmati natal satu kali lagi.... Tidak ada hal yang perlu disesali jika dia masih punya kesempatan untuk bersama orang-orang yang dia kasihi sedikit lebih lama walaupun bukan hari ini....
"Knock-knock."
"Masuk." Ucap Terra seraya bertanya-tanya siapa yang datang.
Pintu terbuka, muncul seorang pria berumur dua puluhan dengan rambut pendek berantakan dicat putih.
"Chris?" Sapa Terra setengah tidak percaya. Chris nyaris tidak pernah keluar dari ruangan komputernya. IT dari HCPD itu lebih suka bergaul dengan CPU dan monitor daripada dengan manusia.
"Hello Terra!" Seru seorang lain dari belakang Chris.
Terra akhirnya tahu siapa yang berhasil memaksa Chris keluar. Pria tersebut berjalan mendahului Chris dan berdiri di samping tempat tidur Terra. Otak dibalik semua penemuan kepolisian. Seorang pria berumur tiga puluhan dengan rambut hitam dibelah tengah dan sebuah monocle yang juga berfungsi sebagai kaca pembesar.
"Selamat Natal!" Seru Hardy seraya mengambil tangan Terra untuk disalami dengan penuh semangat. "Chris merasa kesepian, jadi kubawa sekalian disini." Tambahnya riang yang dibalas dengan decakan kesal dari rekannya.
"Tidak biasanya kalian kemari...." Balas Terra seraya menerima bungkusan makanan dari mereka.
"Yah, hanya sedikit penghuni kantor polisi di hari natal. Jadi mengapa para penghuni tetap tempat ini tidak berkumpul?" Jawab Hardy asal. "Jadi...apa yang bisa kulakukan disini...."
"Arthur tidak suka barang-barangnya disentuh...." Terra memperingatkan ketika Hardy dengan mulai memandang alat-alat yang ada diruangan itu dengan tatapan jahil.
"Ah, paling dia mengomel...." Balas Hardy seraya mulai mengeluarkan obeng dan mulai melepas mur-mur yang terpasang sambil bersiul kecil.
"Aku mendengar itu, Hardy!" Seru Arthur dari pintu yang tidak ditutup oleh Hardy, dia terlihat kehabisan napas, pasti dia berlari di sepanjang lorong. Wajahnya tampak kesal. "Aku buru-buru kemari hanya untuk melihat perlengkapan berharga ratusan ribu dollar dihancurkan. Apa yang kamu lakukan disini, heh?!"
"Jangan terlalu membesar-besarkan. Kamu sedang berbicara dengan kepala departemen riset HCPD, aku tersinggung kalau kamu meragukan kemampuanku." Balas Hardy berpura-pura kesal sementara Arthur merebut obeng dari tangannya.
"Apanya?! Terakhir kamu membongkar CT-Scan di ruang kesehatan, kamu sama sekali tidak memasangnya kembali!"
Terra memandang mereka debat kusir. Hardy tampak senang menganggu Arthur dan terus-menerus memancing kemarahan dokter tersebut. Ketenangan di kamar tersebut lenyap tapi Terra mendapati dirinya tersenyum tipis. Sudah lama sekali sejak dirinya dilingkupi keramaian seperti ini....
"Ada apa ini?" Tanya Chelios yang baru saja masuk sambil membawa sebotol sari buah yang diberi pita dan dua gelas wine. Dia memandangi Arthur dan Hardy yang masih saja bertukar sindiran.
"Bagaimana dengan kafemu?" Tanya Terra tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya.
"Well, I'm glad I can make it." Jawabnya seraya mengedipkan matanya. "Kafeku sudah kututup, para pegawaiku juga butuh natal mereka." Lanjutnya seraya meminta Terra memegang kedua gelas tersebut sementara dia membuka dan menuangkan isi botol ke gelas. "Aku ingin membeli wine tapi Arthur melarangmu untuk minum alkohol dan..." dia memandang sekeliling, "kurasa aku harus mengubur impianku untuk menikmati natal hanya berdua...." Gerutunya seraya meneguk isi gelas.
Terra baru saja menyodorkan gelas kepada Chris ketika pintu kembali terbuka. Sesaat Terra tidak mempercayai penglihatannya namun Robert memang berdiri di ambang pintu dengan jaket yang dipenuhi salju ditangannya. Dibelakangnya ada Rheona, Harold dan Derick. Arthur dan Hardy langsung berhenti berdebat ketika melihat Robert berjalan masuk.
"Boss...bagaimana dengan kasusnya?" Tanya Terra ketika Robert mendekatinya.
"Pelaku sudah diamankan." Balas Robert. "Kerja bagus telah mengidentifikasi pelakunya."
Terra mengangguk lalu dia mengambil kado paling atas dan memberikannya pada Robert, "Selamat hari Natal...Ayah."
Robert menerima hadiah itu dengan canggung, "Terima kasih. Selamat hari Natal...."
Robert terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia hanya membolak-balik kotak persegi kecil itu. Suasana kamar itu menjadi canggung.
"Kurasa kita perlu lebih banyak gelas." Ucap Chelios menyelamatkan Robert. "Derick, bisa tolong ambilkan di bawah?"
"Beres." Balas pria muda tersebut.
"Biar kutemani." Tambah Rheona.
Chelios mengajak bicara Hardy. Sementara Arthur memeriksa perlengkapan medisnya, takut kalau-kalau Hardy sudah menyentuh salah satunya. Chris tetap duduk di pojok ruangan, mengeluarkan laptop dan kembali tenggelam dalam dunianya. Robert membuka kado dari Terra. Terra memandang setiap kejadian yang terjadi di dalam kamarnya yang biasanya sunyi. Jika tadi dia bersyukur masih dapat hidup di natal tahun ini, Tuhan juga memberikannya teman-teman dan keluarga untuk bersamanya di hari Natal....
Terra tersenyum lebar, dia sudah mendapatkan yang terbaik di hari ini....
_______________________________________________________
Merry Christmas! Maaf kalau agak terlambat beberapa menit hahahah~ Akhirnya aku post sesuatu di blog ini.... Well, akhir-akhir ini aku lebih banyak menggambar daripada menulis hahahah~ sedang berusaha mengumpulkan mood untuk menulis =.=
BTW, di natal tahun ini aku diingatkan betapa besar kasih Tuhan kepada manusia...dan sekali lagi aku terkagum padaNya.... //klepek-klepek//
Aku berusaha untuk menampilkan banyak karakter sekaligus di cerita ini.... Berhasil atau tidak...well, aku tunggu komennya hahahah~
Click here to read another story of S.U.R.F.
Robert - Rheona - Arthur - Harold - Chris - Chelios - Derick - Terra - Hardy - Judith