Selasa, 26 Maret 2013

[Short Story] Open War at the Sky


Aku selalu bermimpi menjadi kesatria....

Seorang Ksatria selalu tampak keren ketika dia berperang, membela kerajaannya. Pedang terhunus, menebas musuh. Memekikkan sorak perang, menyemangati prajurit. Tidak ada yang lebih gagah daripada seorang Ksatria yang berlari menyambut pertempuran. Seorang ksatria  tak terkalahkan. Ditakuti oleh musuh dan disegani oleh kawan.

Bumi bergetar ketika dia menginjakkan kakinya, musuh gemetar ketika dia tiba. Rakyatnya merasa aman ketika dia ada.

Ah, belum lagi kalau dia pandai menggunakan sihir. Memanggil api dari langit atau membuat perisai tak terlihat. Tunggu! Bagaimana kalau dia menunggang kuda? Denting baju zirah beradu dengan derap langkah kuda putih yang ditungganginya, membawa kemenangan kemanapun dia pergi. Panji-panji ditangannya berkibar tertiup angin, memberi tahu musuh bahwa teritori tersebut telah direbutnya untuk Sang Raja.

Aku selalu membayangkan diriku menjadi ksatria yang demikian, namun sayang itu hanya terjadi ketika aku menutupkan mata. Baju zirahku lenyap ketika aku terjaga. Pedangku menghilang ketika aku tersadar. Karena duniaku tak seperti impian, tak seperti layar televisi yang menampilkan permainan jaman medieval. Kebisingan jalan macet menggantikan denting pedang beradu. Kudaku berganti menjadi sepeda motor berdebu. Inilah kenyataan, tak seperti khayalan....

"Hoei, Andre! Ngapain kamu disitu lama-lama?!" Seru Hadi kesal. "Cepet nih! Doanya mau mulai!"

Aku melempar senyum lebar pada sahabatku. Bergegas aku melepaskan helm dan menaruhnya di spion sepeda motor lalu berlari ke arahnya. Kami berdua melewati pintu dimana puluhan orang menyambut kami.

"Akhirnya datang juga! Ayo kita mulai!" Seru Tia yang in charge hari ini.

Aku duduk berlutut di lantai dan sebuah lagu penyembahan dinyanyikan.

Aku menutup mata....

Aku merasa sebuah baju zirah keadilan dipakaikan ke badanku dan sebuah pedang Roh tersemat di pinggangku, siap kuhunus. Ketopong keselamatan kupakai, kasut kerelaan memberitakan injil terikat kuat di kakiku. Kuikatkan ikat pinggang kebenaran dan kuangkat perisai imanku. Aku tersenyum. Inilah saat-saat aku menjadi ksatria yang berperang untuk Rajaku. Merebut tawanan dari tangan yang jahat, menegakkan panji-panji Kerajaan di setiap teritori. Musuh gemetar ketika aku datang, bukan karena kuatku tapi karena siapa Raja yang berperang di sampingku. Aku tersenyum lebar, dan membuka mata rohku. Kulihat medan peperanganku, aku dapat melihat ketakutan di mata musuh-musuhku. Mereka berusaha mengintimidasiku tapi aku tahu mereka telah kalah.... Aku membuka mulutku dan meneriakkan seruan perang pertamaku....

______________________________________________________

Hahaha~ Aku selalu suka permainan RPG, dimana kita bisa memilih pekerjaan sebagai ksatria atau penyihir  LOL yesh, I'm a gamer and a geek :p tenang aja, sekarang udah berhenti kok hehehe~

Well, peperangan rohani itu nyata :) tapi tenang saja, kita berada di pihak yang menang heheheh~

Efesus 6: 10-12
Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah,  melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Everything But Ordinary, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena