Senin, 30 September 2013

[Short Story] When We Must Stand Alone


Media menatap tajam Dewan Parlemen di hadapannya. Kedua tangannya dia letakkan diatas berkas-berkas yang berserakan. Dia baru saja mengakhiri argumennya, kini dia hanya perlu memastikan para tetua menandatangani draft perjanjian distribusi pangan. Dilihatnya satu per satu para tetua dengan janggut putihnya, meyakinkan bahwa keputusan yang diambilnya ini akan dapat menyelamatkan negeri mereka dari kelaparan. Sementara suara teriakan rakyat menjadi musik latar dari ruang rapat yang diisi oleh selusin tetua.

Di luar sana, terjadi unjuk rasa besar-besaran di depan gedung Parlemen bergaya klasik itu. Perang di dalam, kerusuhan di luar.

Salah satu tetua berdiri, Media mengenalnya sebagai Ariokh, salah satu yang paling berpengaruh di dewan. Ariokh berjalan menuju jendela dengan sebuah senyum tenang, memandangi keributan yang berjarak hanya lima puluh meter dari bangunan itu. Dari lantai dua dia dapat melihat betapa marahnya rakyat dibawah sana.

Dengan anggun dia mengelus jenggot putihnya, "Media, apa kau tahu kenapa mereka datang kemari?"

Media tidak menjawab, bukan karena dia tidak tahu. Dia menatap Ariokh dengan mengancam. Giginya gemeletuk di balik rahangnya, menahan emosi.

"Mereka menuntutmu untuk diadili karena dituduh telah menggelapkan uang negara." Lanjut Ariokh seraya membalas tatapan Media, sebuah seringai muncul di wajahnya. "Sementara kamu disini memperjuangkan hidup mereka. Ironis...."

Media menekan buku-buku jarinya di meja dengan keras hingga memutih. Dalam hati dia mengutuki Ariokh, dialah yang menjadikan Media kambing hitam dari kekacauan yang ditimbulkan olehnya dan kini Media harus memohon agar Ariokh bersedia menandatangani berkasnya agar memiliki kekuatan hukum. Negara apa ini?!

"Tidak ada gunanya kamu bersikeras, Media. Tinggalkan idealismemu dan kita dapat berbicara untuk menentukan banyak hal." Lanjut Ariokh. "Kita juga bisa sedikit mengubah draftmu, agar semua pihak senang...."

Mati-matian Media menahan dirinya untuk tidak menyeberangi ruangan dan menghajar tua bangka itu. Rasio memaksanya berpikir resiko yang harus ditanggung hanya untuk memuaskan emosinya.

"Hmm...." Ariokh melihat jam sakunya. "Sudah waktunya minum teh. Kita beristirahat lima belas menit sebelum kita melanjutkan rapat tidak berguna ini...."

"Tu-tunggu, draft ini harus segera ditandatangani! Ada ribuan jiwa yang bertarung dengan maut menunggu distribusi makanan...." Seru Media namun tidak ada yang peduli.

Para tetua mengekor dibelakang Ariokh keluar ruangan, meninggalkan Media yang tidak bisa berbuat apapun. Ketika pintu tertutup dan kesunyian turun, Media tidak sanggup lagi menahan kekesalannya. Dipukulnya meja kayu itu dengan keras, membuat buku-buku jarinya memar.

"Argh!!!" Seru wanita itu.

Dia menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya. Akalnya terus memperingatkan bahwa dia akan butuh tenaganya untuk menghadapi para tetua. Media menghempaskan tubuhnya pada punggung kursi sambil memijat kepalanya. Ah...kira-kira apa yang dilakukan oleh ibunya sekarang?

Tiba-tiba kehangatan turun di hati wanita berumur tiga puluh tahun itu. Dalam benaknya terbayang seorang wanita tua yang selalu menjadi tempatnya berkeluh kesah tentang karirnya di pemerintahan. Tangan penuh kerut yang senantiasa memeluknya ketika dia lelah. Media tersenyum lembut. Betapa dia kangen dengan rumah. Sudah lebih dari sebulan dia tidak sempat bertegur sapa dengan ibunya, bahkan lewat surat sekalipun. Keadaan negeri genting karena pasokan makanan yang ditahan beberapa aristokrat membuat kelaparan merajalela belum lagi kasus yang menimpa dirinya membuat seluruh pikiran tersita.

Pikirannya melayang ke puluhan tahun silam, dia ingat, ibunyalah yang menanamkan nasionalisme dalam jiwanya. Mengajarinya untuk mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi. Dengan semangat yang sama, wanita tua itu melepas putri satu-satunya memasuki politik yang kejam walaupun dia lebih suka bila Media bersamanya di masa senja.

"Ibu...bagaimana jika negara yang mengkhianati kita?" Gumam Media lelah.

Media terdiam sejenak lalu mengambil napas. Setelah para tetua menyetujui draft ini, dia akan pulang....

Terdengar pintu diketuk, dengan malas Media berdiri dan membuka pintu. Wajah asistennya muncul dengan panik.

"Ada apa?" Tanya Media, sebuah firasat buruk menggantung di benaknya.

"Nona Media, ibu anda kritis!" Seru Sang Asisten.

Media merasa napasnya sesak, limbung dan dunia serasa berputar lebih cepat. Dia segera mencari pegangan untuk menahan tubuhnya yang tiba-tiba lemas.

"Nona!" Seru Asistennya makin panik.

"Aku tidak apa-apa." Ucap Media lebih kepada dirinya sendiri sambil terus menenangkan diri. "Lanjutkan ceritamu."

"Kemarin malam beliau tidak sadarkan diri. Dokter sudah melakukan segala macam cara tapi beliau tetap tidak sadarkan diri. Kata mereka, beliau mungkin tidak akan bertahan lama...."

Seandainya diizinkan untuk pingsan, dia tentu sudah melakukannya namun Media mencengkram erat tangannya untuk membuatnya tetap sadar.

"Nona Media, lebih baik anda segera pulang dan menemani ibu anda." Saran Sang Asisten makin khawatir dengan keadaan atasannya.

Ingin sekali Media langsung lari keluar dari bangunan ini dan segera memecut kereta kuda menuju desa kelahirannya namun ada hal yang lebih penting yang harus dia lakukan....

"Aku tidak bisa...." Ucap Media pelan, air mata menggumpal di sudut matanya. "Jika draft ini tidak ditandatangani parlemen, akan ada puluhan ribu orang kelaparan akan mati...."

"Tapi, Nona.... Ibu anda...membutuhkan anda...."

Media menghapus air mata yang tak sempat jatuh. Satu tarikan napas panjang dan dia sudah mengambil keputusan. Dia memandang asistennya dengan tatapan yakin khas dirinya. Sebuah senyum tersungging diwajahnya.

"Boleh aku minta tolong?" Ucapnya dengan ketenangan yang luar biasa.

"Y-ya?"

"Gantikan aku menemani ibu. Katakan padanya, anaknya sedang memperjuangkan negara di atas semua kepentingan pribadinya." Ucap Media dengan tegas. "Katakan padanya, anaknya akan memastikan kelaparan ini berakhir, apapun caranya...."

Terdengar gumam teredam tanda para tetua sudah kembali. Media segera meminta asistennya pergi sementara dia merapikan dirinya. Begitu pintu terbuka, para tetua satu per satu berjalan memasuki ruang rapat. Media bertatapan dengan Ariokh. Tidak satupun kesedihan terpancar dari mata itu, hanya sebuah determinasi yang teguh.

"Kau masih berada disini rupanya...." Ucap Ariokh dengan seringainya. "Kita lihat bagaimana rapat ini berakhir...."

*

Media berdiri seorang diri menatap langit kelabu. Serpihan-serpihan salju turun menyapanya. Musim gugur baru saja berlalu dan udara sudah semakin dingin. Segenap alam sedang bersiap untuk tidur panjang. Dia menghembuskan napas, uap langsung menyembul di depan hidungnya. Dia kemudian berlutut dan meletakkan setangkai bunga di depan sebuah nisan, bertuliskan nama ibunya. Sampai akhir, Media tidak bisa menemani ibunya.

"Ibu, aku tidak menyangka harga sebuah idealisme begitu mahal...." Ucap Media, air matanya menggenang. "Dia bahkan merenggut detik-detik terakhirku untuk menemani ibu...."

Media mengelus nisan dingin itu. Air mata mengalir tanpa bisa ditahan. Tidak akan ada lagi tangan yang menunggunya pulang, tidak akan ada lagi kehangatan yang memberinya kekuatan. Media menghapus air matanya.

"Dan bukan hanya itu, ibu. Dia juga merenggutku dari tanah kelahiranku...."

Media berdiri, dia menoleh, seorang kusir mengangkat topinya memberi hormat sambil berdiri di samping sebuah kereta kuda. Media kembali menatap makam ibunya.

"Aku berhasil membuat Ariokh dan para tetua menandatangi draft undang-undang tentang pengaturan distribusi pangan setelah aku berjanji meninggalkan negeri ini, sebagai kriminal yang tidak pernah sempat membersihkan namaku...." Media tersenyum sedih. "Ibu, bukan aku yang mengkhianati negeri ini, tapi negeri ini yang mengkhianatiku...."

Media terdiam. Meresapi waktu yang kini berjalan begitu lambat. Ketika sebuah lonceng dibunyikan oleh sang Kusir, Media tahu waktunya telah selesai. Dia harus pergi sekarang atau malam segera tiba.

"Oh, tenang saja, ibu. Negeri yang aku tuju menawariku sebuah posisi dimana aku bisa bekerja dengan baik. Tidak ada lagi orang-orang seperti Ariokh...." Media kembali tersenyum getir. "Aku pasti akan kembali, Ibu, ketika negara ini sudah siap menerimaku...."

Media memberi sebuah senyum hangat terakhir sebelum dia berbalik dan berjalan pergi....

END

________________________________________________________

Sangat terinspirasi dari kisah Sri Mulyani di SINI
Naah~ I hate politics, dan aku tidak sedang berusaha mem-blow up ibu yang satu itu :) heheheh~ cuma, rasanya agak miris lihat orang-orang yang mampu menolong Indonesia lebih diakui di luar negeri. Contoh yang lain: B.J Habibie. 

Semoga cerita ini dapat menjadi sebuah kisah perenungan bagi kita semua :) 
Read More

Senin, 16 September 2013

[Report] Fix You

Diantara kerumunan orang, cahaya Tuhan menuntunku kepadamu....
Hello!!! Hari ini, Army of God sebagai ibadah teen and youth GMS surabaya baru saja mengadakan acara yang amazing banget! Yep! Sebuah kebaktian dengan tema pasangan hidup diusung untuk memperlengkapi anak muda yang sedang galau untuk mencari kekasih pujaan hati *apaan sih :p

Judul dari ibadah kali ini adalah Fix You, familiar? Itu memang diambil dari judul lagu yang dinyanyikan oleh Cold Play :3 penasaran, cari aja di Youtube heheheh~ Bukan hanya kotbah, tapi ibadah kali ini juga diputar sebuah film dengan judul yang sama karya AoG Creative Ministry :)

Film ini bercerita tentang seorang gadis bernama Karen yang cantik dan menjadi incaran dari cowok-cowok di sekolahnya :D sebut saja Ethan yang tajir, Richard yang jago basket, Okky yang si juara kelas dengan tampang boyband, dan Jose, seorang anak band. Suatu ketika Karen kecelakaan dan koma. Keempat cowok ini berjanji untuk menjaga Karen sampai dia sadar, namun ketika bulan berganti tahun, tidak ada satupun yang bertahan, hanya seorang cowok yang tidak diperhitungkan bernama Gian yang tetap setia datang ke rumah sakit. Dialah yang sering bercerita tentang keadaan sekolah pada Karen yang tak sadarkan diri, bahkan ketika dia lulus dan kuliah, menjenguk Karen adalah kegiatan rutinnya. Tahun berlalu, sampai suatu ketika Gian mendengar sebuah kabar yang mengejutkan. Dia segera berlari dari kantornya ke rumah sakit. Sesampainya disana, dia menemukan kamar Karen dirawat telah kosong. Gian pun terpuruk dalam kesedihan. Apa yang terjadi pada Karen? Saksikan di bioskop terdekat XD wakakakak~

Untuk kotbahnya, disampaikan oleh Ce Sumiati Supit yang akrab dipanggil Ce Mimi dan Ko Onggo sebagai gembala AoG. Tenang, dibawah ini aku share beberapa pointnya :D

Ce Mimi menyampaikan tentang 7 hal yang harus diperhatikan dalam mencari pasangan hidup:

1. Jangan Memilih Orang yang Membuat Hatimu Jauh dari Tuhan (Ezra 10: 1-2)
Tentu saja, terang tidak bisa bersatu dengan gelap :) jika kita benar-benar mengasihi Tuhan, kita tidak akan memilih orang yang akan membuat kita tidak fokus padaNya dan Tuhan yang mengasihi kita tidak akan memberikan pasangan yang membuat kita jauh dariNya :D hehehe~ Pilihlah orang yang sama-sama dewasa rohani dan bisa mensupportmu untuk terus bertumbuh dalam Tuhan. Disini Ce Mimi menyampaikan bukan hanya mencari yang sekedar berlabel Kristen tapi mencari orang yang benar-benar dewasa dan bertumbuh dengan sehat dalam Tuhan :)

2. Temukan Visi dan Tujuan Hidup Sebelum Bertemu Pasangan Hidup (Kejadian 2: 15, 18)
Yep! Adam menemukan tujuan dan visi hidupnya sebelum Tuhan memberikan Hawa kepadanya. Jika kita sudah tahu Visi dan Tujuan hidup kita, maka kita dapat menentukan pasangan yang sepadan dengan kita yang akan mensupport tujuan hidup kita :) bila tidak, pasangan kita justru bisa membawa kita menjauh dari panggilan tertinggi kita :( sungguh sangat disayangkan bila kita tidak bisa hidup dengan maksimal hanya karena kita tidak bijaksana menentukan urutan yang harus dikejar hahahah~

3. Cari Orang yang Memiliki Gambar Diri yang Sehat
Sebelum kita terburu-buru mencari PH, minta Tuhan memulihkan gambar diri kita terlebih dahulu :) bagaimana cara kita memandang diri kita akan berpengaruh dalam hubungan dengan lawan jenis :) gambar diri yang rusak hanya akan membawa bencana dalam hubungan romantis. Contohnya banyak, seperti mengucapkan kalimat-kalimat negatif tentang diri sendiri dan pasangan, saling menjatuhkan, bertengkar karena sama-sama menuntut....

4. Cari yang Dewasa dan Bertanggungjawab
Jelas, tidak ada yang mau menikah dengan anak kecil, baik jasmani maupun pikiran :D ahhahaha~ Bukankah kedewasaan seseorang dilihat dari bagaimana dia melakukan tanggung jawabnya :) jangan mau dengan orang yang tidak bertanggung jawab! Contoh, pria yang tidak bekerja, tidak memiliki integritas, atau wanita yang bahkan tidak bisa merawat dirinya.... Lihat dulu bagaimana dia melakukan tanggung jawab-tanggung jawab kecil dalam hidupnya :) sebelum kita mempercayakan tanggung jawab yang lebih besar yaitu hidup kalian ;)

5. Karakter Lebih Diutamakan Daripada Paras (Amsal 31:30)
Yes! Tak kalah penting, karakter! Cari orang yang memiliki karakter yang jempolan :) tulus, lemah lembut, mau dibentuk, diajar dan sebagainya :D pastikan dia memiliki karakter yang baik, lebih daripada tampang. Karena tampang secantik atau seganteng apapun pasti akan keriput atau kalian akan bosan tapi karakter akan selalu bersinar :)

6. Pria: Cari Wanita yang Tunduk Padamu
    Wanita: Cari Pria yang Kamu dapat Menundukkan Diri Padanya
Oke, penundukan diri dalam sebuah hubungan itu penting. Istri yang tidak bisa tunduk pada suami adalah hal yang akan mengganggu pernikahan. Alkitab sendiri memberi pernyataan tentang ini di Efesus 5:22.

7. Pastikan Menerima Restu dari Orang Tua Jasmani dan Rohani.
Seabsurd apapun kriteria pasangan dimata orang tua kita, hormati mereka. Jangan melangkah tanpa restu karena Tuhan sendiri berkata, hormatilah orang tuamu agar umurmu lanjut di tanah yang dijanjikan Tuhan kepadamu :) Bukan hanya orang tua jasmani tapi juga orang tua rohani. LOH! Emang elu siapa gue? Wakakaka~ Yep, orang tua rohani juga perlu loh :D Ko Philip pernah menyampaikan bahwa, berkat orang tua jasmani akan memastikan bahwa pernikahanmu secara jasmani, sementara berkat orang tua rohani akan memastikan keadaan rohani keluarga yang akan kamu bangun. Kita bisa memiliki anak yang luar biasa namun menolak Tuhan :( sedih bukan? Lagipula aku percaya, orang tua rohani akan memberikan pertimbangan yang lebih objektif daripada kita yang sedang dimabuk cinta hahahah~ Jadi, ketika kita sedang membangun hubungan dengan lawan jenis, dalam tahap apapun, terbukalah pada orang tuamu :) baik jasmani maupun rohani. Ini tidak membuat yang satu lebih penting daripada yang lain, tapi bukankah lebih baik bila kita dipayungi oleh banyak otoritas diatas kita? :) kita akan memiliki pengamanan ekstra ;)

Sementara Ko Onggo menyampaikan pentingnya kita taat dalam mendengar tuntunan Tuhan. Beliau mengambil kisah Abraham yang mencari pasangan bagi Ishak dan kasus pemerkosaan Dina oleh Sikhem di Kejadian 24:1 dan Kejadian 34: 30. Abraham tidak mau mencarikan Ishak perempuan-perempuan yang jelas-jelas menyembah berhala sampai dia harus jauh-jauh mengutus hambanya ke Ur-Kasdim. Sementara Dina yang harusnya menjaga statusnya sebagai anak terang, tergoda untuk ikut bergaul dengan wanita-wanita Kanaan sehingga akhirnya dia mengalami kejadian menyedihkan itu.

Ko Onggo menekankan bahwa ketaatan pada Tuhan seperti yang dilakukan Abraham, sesulit apapun itu akan membawa kita kepada hal-hal yang jauh lebih indah dibandingkan ketidaktaatan yang harus dibayar dengan sangat mahal seperti di kasus Dina. Kakak-kakak Dina yang tidak senang, akhirnya membunuh semua orang yang ada di kota itu dan membuat Yakub dan keluarganya harus kembali mengembara....

Demikian juga dalam pasangan hidup, saat kita taat kepada Tuhan dan mengikuti cahayaNya, Dia akan menuntun kita kepada orang yang tepat namun saat kita memutuskan tidak taat dan berjalan sendiri, kita akan menuai apa yang kita tabur dan itu akan membawa kita kepada harga yang sangat mahal. Bisa perceraian dalam pernikahan, air mata, percekcokan, sakit hati dan sebagainya.... Tuhan memang bisa memulihkan, tapi jalan putar yang akan ditempuh sangat panjang, so, lebih baik kita taat sekarang daripada menyesal nanti :D

Yep! Sekian penjabaran Kotbah tadi :) pribadi aku sangat terberkati karena itu aku sharing di sini dengan harapan dapat memberkati siapapun yang membaca :D hehehehe~ BTW, sedikit laporan, puji Tuhan tadi jemaat membludak hingga ruangan utama tidak sanggup menampung dan harus dibuka overflow atau ruangan cadangan namun sekali lagi overflow pun penuh! Sampai beberapa jemaat harus pulang :( sungguh disayangkan.... Segala kemuliaan bagi Tuhan! Semoga dengan pengajaran ini, orang-orang muda dapat semakin diperlengkapi untuk mengambil sebuah keputusan besar yang akan mengubah jalan hidup mereka kedepannya :D

Tuhan memberkati~
Read More

Selasa, 10 September 2013

Artfest 2013: Drama

Taken From Febe Saphira's Intagram 

Hai-hai! Akhirnya sempat melaporkan sesuatu yang baru aja terjadi barusan :D hahahah~ Artfest! Yep! Ini adalah hal yang buat hari-hariku makin berwarna *apaan sih* Inilah penyebab kehectic an ku beberapa waktu terakhir (ada beberapa project lain sih :3 ) Puji Tuhan dapat berjalan lancar sampai akhirnya kami tiba di final. Benar-benar hanya kasih karunia Tuhan yang membawa kami semua dapat berdiri dan mementaskan sebuah lakon yang menarik :D Dibawah ini ada sedikit cerita tentang Road to Finalnya tim Army of God pemuda pelajar Gereja Mawar Sharon :)

Semuanya bermula ketika negara api menyerang tercetus sebuah omongan untuk ikut ArtFest. Sedikit background, artfest adalah ajang kreativitas yang melombakan berbagai jenis lomba seni dari berbagai satelit GMS seantero Indonesia :) bergengsi bangetlah bagi kami wakkaka~ Tim Drama AoG adalah sebuah tim yang baru terbentuk tahun lalu yang merupakan kumpulan dari satelit-satelit pemuda pelajar seluruh Surabaya :) sebelumnya kami selalu maju ke Artfest sebagai tim-tim per satelit, so ini pertama kalinya kami maju sebagai tim gabungan :D Karena ada banyak anak baru, kami akhirnya memutuskan untuk mendaftar menjadi dua tim yang berbeda supaya semakin banyak kesempatan bagi teman-teman yang bergabung untuk tampil :D

Tema Artfest tahun ini adalah Eye on Asia, jadi setiap tim yang mendaftar akan diundi untuk mendapatkan sebuah negara yang harus diangkat. Boleh setting, dialek, kostum, properti, yang penting harus ada :D Singkat cerita, mengurus dua tim itu tidak mudah.... Banyak hal yang terjadi sejak kami menarik undian. Tim pertama mendapat negara Mongol dan tim kedua mendapat Arab. Di mongol, awalnya berjalan mulus, naskah sudah jadi, pemain sudah ada, sudah mulai latihan :) Nah di Arab, sesuatu banget. Seminggu sebelum audisi, persiapan mereka nol! Naskah yang sudah disetor ke mereka, mereka tolak. Astaga! H-4 Audisi, naskah dirombak total. Amazing. Akhirnya dalam semalam, penulis naskah harus nulis sebuah naskah baru. Puji Tuhan bisa selesai! H-3 baru mulai latihan.... Persiapan drama macam apa itu? hahahah~ Puji Tuhan waktu audisi berjalan lancar dan kedua tim MASUK FINAL! Praise the Lord!

Tim-tim yang masuk final - Taken from Eka Widjaya's FB
Yang masuk final adalah 2 dari tim drama AoG, 3 dari tim drama Umum dan 1 dari tim satelit pemuda pelajar yang tidak tergabung di tim AoG :)

Nah, begitu masuk final, persiapan Tim Arab justru lebih baik. Mereka sudah menyiapkan kostum dan properti untuk dipakai di Final (ps: waktu audisi ga perlu pake kostum, properti pun boleh seadanya :) kalo masuk final harus all out :D - tapi banyak tim yg sudah all out waktu audisi!), scooring pun OK. Tinggal mengatur beberapa hal detil :) sementara tim Mongol justru kebalikannya D: properti mereka harus buat dari nol, kostum juga D: aduh! Sempat terjadi perbedaan pendapat yang cukup serius diantara mereka.... Aku was-was sekali! Bayangkan H-3 properti masih sangat sedikit yang jadi. Sementara aku juga harus mengurus beberapa hal yang tidak bisa kutinggal, aku terpaksa tidak ikut dalam persiapan mereka.... Jujur, aku ikut deg-degan.

Pada hari H Final kemarin. Mereka sudah stand by sejak jam 3 sore untuk make up. Aku baru tiba jam 6 sore karena harus bekerja. Ketika aku tiba, aku speechless, tim Mongol, karena kasih karunia Tuhan lengkap! Baik properti maupun kostumnya beres! Walau ada beberapa detil yang tidak sempat dibuat, tapi mereka benar-benar beyond expectation! Aku terharu sekali. Tak bisa kubayangkan mereka rela bergadang berhari-hari hanya untuk menyelesaikan bagian mereka. Itu masih ada yang kuliah dan beberapa bekerja! Amazing! Sementara Tim Arab, persiapannya juga tak kalah matang :D overall, mantap deh!

Ketika mereka tampil.... Aku lebih speechless lagi.... Aku tahu ketika mereka bisa all out, menguasai audience (tidak ada satupun audience yang tertawa ketika mereka tampil), masuk ke dalam karakter mereka.... Bahkan beberapa penonton pun menangis ketika menyaksikan drama kami :D Itu semua karena kasih karunia Tuhan! Ga ada salah kata, padahal waktu latihan udah buat aku serangan jantung wkakakak~

TIm Mongol - Taken from Febe Saphira's Instagram

Tim Arab - Taken from Febe Saphira's Instagram
Tim Mongol bercerita tentang sekelompok pasukan yang terjebak dalam sebuah goa, kehabisan makanan dan air. Salah satu prajurit kemudian curiga adanya pengkhianat diantara mereka, akhirnya mereka saling curiga satu sama lain. Sang Jendral yang emimpin pasukan tersebut sepertinya menyembunyikan sesuatu. Adakah pengkhianat diantara mereka? Siapa pengkhianat itu? Akankah mereka keluar dari goa tersebut hidup-hidup?

Sementara Tim Arab bercerita tentang sebuah Raja yang memiliki seorang putra mahkota yang bengal, mabuk-mabukan dan suka main perempuan. Suatu ketika, pangeran ini jatuh cinta pada seorang pelayan di istana, celakanya pelayan tersebut dituduh mencuri cawan emas raja. Ketika Pangeran mengaku bahwa dialah yang mencuri cawan tersebut. Raja harus mengambil keputusan yang sulit apakah dia akan tetap menghukum anaknya atau melanggar hukum yang sudah berlaku di negara tersebut selama ratusan tahun :)

Akhir cerita, puji Tuhan, tim kami berhasil menyabet 3 piala sekaligus :) sebagai Best Actor, Best Script dan Best Make Up. Setelah melewati proses ini, aku belajar bahwa we are nothing without Him :) aku belajar untuk benar-benar meletakkan setiap pekerjaan kita ditanganNya :D termasuk talenta :) aku bersyukur sekali diberi tim yang solid seperti mereka :) yang all out, mau bayar harga, dan memberikan terbaik bukan untuk sekedar lomba tapi untuk satu-satunya Penonton Agung kami :) Tuhan Yesus :D heheheh~ Seriously, piala itu seakan ga ada apa-apanya dibandingkan semua pelajaran yang didapat selama proses seleksi sampai final :) heheheheh~ Karena piala dan achievement mungkin akan terlupa seiring waktu namun kebersamaan, karakter yang diasah dan kekompakan itulah yang akan bertahan lebih lama dari apapun :)

Satu lagi, ini masih belum ada apa-apanya dibandingkan visi besar kami yaitu mengembalikan seni kembali kepada tujuan semula, yaitu memuliakan Tuhan :) suatu ketika, kami berharap dapat melakukan sebuah pertunjukan maha karya dimana semua orang ga peduli agama, ras atau suku apa dapat datang dan mengenal siapa Kristus di pertunjukan tersebut. Still a long way to go :) tanda bahwa tidak ada waktu untuk berpuas diri :D heheheh~

Edit: Tambahan, para peserta lain juga tak kalah luar biasa! Aku suka sekali melihat para pekerja kreatif memberikan yang terbaik dari setiap diri mereka apalagi di event gereja yang bagi orang lain biasanya dipandang sebelah mata (Siapa disini yang begitu bilang drama di Gereja langsung kepikiran Drama tentang Tuhan Yesus, Maria dan Yusuf di kandang domba? :p ) Hari itu, di final Artfest, aku melihat begitu banyak orang yang akan menjadi ujung tombak penginjilan melalui seni. Percayalah, 2 jam menonton 6 drama dengan harga tiket hanya 15ribu adalah dua jam yang tidak sia-sia :D

Thank you udah baca cerita yang lumayan panjang ini :) oh ya, tugasku di tim adalah sebagai pembantu umum wakakak~ aku melakukan apa yang aku bisa untuk membantu mereka :D mulai dari bantu di Lighting, bantu angkat-angkat, make up, ngelipet baju dll wkakakak~ So proud to be a part of team like them :)

All Glory for Jesus - Taken from Devina's Instagram


Read More
Diberdayakan oleh Blogger.

© Everything But Ordinary, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena