Rabu, 23 Mei 2012

Speeding Ticket (again)

Just wanna share sesuatu yang aku alami akhir-akhir ini.

Hari jumat lalu aku ketilang untuk kesekian kalinya -.- di tikungan jalan Basuki Rachmat polisi berjaket hijau fluorescent mencegatku. Kepingin sih menerobos a la film action biar dikejar a la film action juga :p tapi karena aku warga negara yang baik, aku menurut. Aku digiring ke pos polisi tak jauh dari sana. Ternyata aku lupa menyalakan lampu utama, nyala sih tapi itu untuk siang hari jadi sinarnya tidak seberapa terang. Ouch....

Di dalam ruangan kurang lebih 1x2 meter seorang polisi lain menungguku, SIM ku diserahkan ke bapak itu. Dijelaskan kalau aku harus ditilang, bayar sekian di pengadilan. Aku dengan mantap bilang "Ditilang aja pak." Orangnya ngoceh sesuatu lagi, dan menanyakan hal yang sama jadi aku pun menjawab hal yang sama juga. Jelas 'damai' dicoret dari jawaban berganda yang ada di pikiranku. Opsinya ada dua, pakai kertas tilang biru dan aku harus mentransfer di ATM BRI terdekat dengan denda maksimum atau aku memilih surat tilang merah dimana aku harus datang ke sidang dan membayar denda di sana. Karena saat itu aku sedang terburu-buru untuk komsel, aku memilih opsi ke dua alias disidang pada tanggal yang ditentukan agar urusanku di sana cepat selesai. Pak Polisinya kemudian bertanya apakah aku punya teman di pengadilan, spontan aku bilang, "Nggak, ngapain bawa temen ditilang. Lagian aku ga suka pake calo, ngeluarin buat duit pelicin segala." Si polisi cuman angguk-angguk dan memberiku surat tilang merah. Aku pun segera cabut dari sana.

Setelah komsel selesai, di rumah, aku terbayang lagi kejadian tadi. Sedikit rasa ga rela menggelayut di dada *halah!* uangku harus keluar gara-gara kena tilang, Harusnya tadi aku bisa bluffing si polisi dan seharusnya aku bisa berlenggang pergi tanpa kena denda sedikitpun, tanpa perlu uang damai segala. Dengan mengaku aku kenal salah satu petinggi polisi (Tidak, aku tidak bohong, aku memang kenal orang ini yang notabene adalah temennya temenku, cuma, dia ga kenal aku *ketawa garing*). Trik ini pernah berhasil, detilnya kapan-kapan aku sharing deh hahahaha~ Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur, SIM berubah menjadi surat tilang. Berusaha legawa tapiiiii~ tetep aja kepikiran.... Sampai...kemarin malam aku mendapat sebuah ayat yang Tuhan berikan pada anakNya yang masih galau....

Roma 13:7 Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.

Rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat. Hmm.... Aku harus memberi rasa hormat kepada orang yang berhak menerima hormat.... Apa Polisi termasuk orang yang berhak menerima hormat? I think, yes. Secara penegak hukum gitu loh. Dia punya otoritas untuk menahan orang yang melanggar hukum bahkan bisa mengirim seseorang ke pengadilan *dalam hal ini aku -bitter truth-* Di Alkitab ditulis hormat kepada orang yang berhak menerima hormat, ga pake embel-embel 'kecuali kelakuan orang itu menjengkelkan' jadi in any condition, kita harus menaruh hormat pada dia, bahkan (ini yang Tuhan bicara cukup keras) jika dia tidak bisa menghormati dirinya sendiri. 


You know lah, polisi jaman sekarang udah ga ada martabatnya, semua bisa pakai uang. Jabatan polisi apalagi polisi lalu lintas udah bukan lagi pelindung masyarakat tapi perongrong masyarakat. Parahnya lagi, orang-orang yang berseragam polisi pun memandang rendah diri mereka dan seragam mereka dengan menukarkan otoritas dan wewenang yang mereka punyai dengan beberapa puluh ribu rupiah. Masyarakat pun tidak lagi menaruh hormat pada mereka. So, apa yang bisa kita lakukan? Belajarlah memberi hormat pada mereka yang berhak menerima hormat. Kita kembalikan Polisi ke kodrat semula. Aku diajar untuk menghormati mereka dengan memakai cara yang sesuai hukum untuk menyelesaikan urusan ini. I don't know, sejauh mana tindakanku kemarin jumat bisa mempengaruhi mentalitas masyarakat dan kepolisian tapi aku percaya apa yang kulakukan dan apa yang kukorbankan (duitku oh duitku) tidak sia-sia :) Tuhan mengajariku sebuah pelajaran yang luar biasa hari itu. Heheheh~ 

Gbu~ :D

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Everything But Ordinary, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena