Rabu, 01 Juli 2015

[Story] The Firstborn


Dia pergi ke ladang sambil membawa sabitnya. Dengan santai dia melangkahkan kakinya menuju gandum-gandum berwarna keemasan siap untuk dituai. Akhirnya musim panen tiba, pemuda itu tidak sabar untuk menikmati kerja kerasnya selama ini. Mencangkul, menanam, menyirami setiap benih di tanah milik ayahnya. Hasil tahun ini mungkin adalah yang terbaik dalam sepuluh tahun terakhir. Pemuda itu tersenyum puas.

"Tuan muda!" panggil kepala dari para penuai yang disewa.

"Ada apa?" Sang pemuda segera menghampiri sosok setengah baya yang memanggul seikat gandum.

"Lumbungnya tidak cukup. Hasil tahun ini melebihi perkiraan kita!" ucap pria itu senang.

"Aku sudah meminta lumbung cadangan untuk dibuka. Masukkan saja disana." Sang pemuda menatap ladangnya yang hampir separuhnya dituai. "Sebentar lagi istirahat. Aku sudah meminta pelayan untuk menyediakan makanan."

"Terima kasih, Tuan."

"Makanlah tapi sebelum senja sisa tuaian harus sudah disimpan."

"Tidak masalah!" Si pria kembali berjalan sambil tertawa senang.

Mata pemuda itu kembali melihat berhektar-hektar ladang dihadapannya dan ratusan penuai sedang bekerja keras untuk menyabit tangkai-tangkai gandum, beberapa di antara mereka sibuk mengikatnya sementara yang lain mengangkut ikatan-ikatan tersebut. Sekitar lima puluh meter dihadapannya, dia melihat sebuah sosok yang sangat familiar. Hanya perlu sekali lihat dan dia tahu bahwa itu adalah adiknya, si bungsu, sedang ikut menyabit. Sang pemuda memperlebar senyumnya dan hendak berjalan ke arahnya....

"Bagaimana perkembangannya?" Terdengar suara berat di belakangnya membuat pemuda itu urung.

"Ayah?" tanyanya heran, "bukankah ayah sedang melihat ladang jelai?"

"Sudah selesai jadi Ayah pikir untuk menyapa kalian." balas pria berjanggut putih itu. "Bagaimana dengan adikmu? Apakah dia sudah dapat menyesuaikan diri dengan keadaan disini?"

Sang Pemuda mengangguk. "Iya ayah, dia yang sekarang sangat ingin membantu pekerjaan di ladang. Aku rasa, kepergiaannya membuat dia lebih dewasa."

Sang ayah tidak menjawab. Dia menatap putra bungsunya dari kejauhan dengan tatapan penuh kasih sayang.

"Setelah tiga tahun akhirnya dia kembali," ucap Sang Pemuda ikut memandang adiknya, "aku ikut senang karena dengan demikian ayah tidak lagi menunggunya dengan cemas."

Pria tua itu kini memandang anak sulungnya dengan tatapan yang sama dan tersenyum. "Nak, terima kasih sudah menemani ayah selama adikmu pergi."

Sang pemuda tertawa untuk menutupi salah tingkahnya. "Itu sudah tugasku sebagai anakmu. Lagipula aku tahu ayah sangat mengasihi adik, aku ingin bisa mengasihinya seperti ayah mengasihinya."

"Walau dia sering melakukan kesalahan?"

"Walau dia sering melakukan kesalahan," ulang Sang Pemuda menghela napas.

Sang Ayah tersenyum dan mengacak rambut anak sulungnya. "Terima kasih juga telah mengerti kegembiraan ayahmu ini ketika adikmu kembali."

Sang Pemuda menatap ayahnya dengan tatapan heran.

"Ayah tahu kamu sebenarnya keberatan dengan keputusan ayah untuk mengadakan pesta penyambutan bagi adikmu tapi kamu berusaha untuk mengerti sukacita ayah dan ikut menyambutnya."

Sang Pemuda merasakan wajahnya memanas. Ayahnya melihat apa yang dia berusaha tutupi. "Aku...hanya merasa kalau saat itu aku marah, aku akan membuat ayah sedih."

"Terima kasih, Nak, buat kesetiaanmu selama ini. Tanpa mengeluh kamu bekerja dan menemani ayahmu. Terima kasih karena kamu belajar untuk mencintai apa yang ayahmu cintai." Sang Ayah menepuk pundak anak sulungnya. "Seluruh kepunyaan ayah adalah kepunyaanmu dan lebih dari itu, ayah mempercayakan adikmu kepadamu. Bimbing dia untuk menjadi seorang yang sepertimu."

Sang Pemuda menatap ayahnya dengan berkaca-kaca. Selama ini dia merasa dia tidak dicintai sebanyak adiknya yang selalu diampuni oleh ayahnya namun hari ini seluruh keraguannya lenyap. Ayahnya mengasihinya sama besarnya dengan sang adik, hanya dengan cara yang berbeda, sebuah cara yang lebih dewasa.

"Itu sebuah kebanggan bagiku, Ayah." ucapnya diantara air mata yang berderai.

Sang Ayah memeluk putra sulungnya.

============================================================

#nulisrandom2015 #day12

Diinspirasi oleh kisah anak yang hilang dari Alkitab

Kepada semua anak sulung yang berbeda dari kisah sebenarnya. Anak sulung yang belajar untuk mengenal isi hati Ayahnya :D Terima kasih :)

Oh ya, happy father day ya XD

Di post disini untuk menghilangkan sarang laba-laba di blog ini wkakakakak~ makasih buat Mbak Mega yang mengingatkan kalo aku masih punya blog XD

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Everything But Ordinary, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena