Senin, 27 Januari 2014

[Short Story] Secret Room



Ting tong!!!

....

Ting Tong.....

Suara bel pintu terdengar sayup ditelingaku, membuatku berhenti dari hal yang sedang kulakukan. Aku melirik partnerku yang mengangguk, memberi persetujuan bagiku untuk menyambut tamu.
Sambil bertanya-tanya siapa yang sedang menungguku di depan pintu, aku keluar dari ruangan gelap tersebut. Badanku terasa lemas, tapi kupaksa untuk terus berjalan. Partnerku mengikutiku.

"Sebentar~"

Kuambil handuk kering untuk membasuh keringatku sambil kulihat diriku sekilas di cermin yang tergantung salah satu sudut dinding rumahku. Aku hanya memakai baju olahraga tanpa lengan dengan celana training semata kaki. Rambutku yang kuikat tunggal berantakan dan aku dapat melihat beberapa luka yang menggores kulitku. Dua buah lingkaran hitam menggantung dibawah mataku tanda bahwa aku kelelahan.

Ups! Kondisiku tidak terlalu baik, tapi sebelum aku memutuskan melakukan sesuatu dengan diriku, aku mengintip siapa yang berdiri di depan pintu rumahku dari lubang kecil di pintu.

Seorang gadis sebaya denganku menunggu di depan pintu. Dia terlihat tidak terlalu peduli bila harus menunggu. Tangannya memegang sebuah smartphone dan asik menari diatas layar sentuh. Dandanannya modis dengan rok mini berwarna pink dan kaos putih membuatnya tampak manis.... Eh, tunggu, disampingnya ada temannya yang berusia sama. Dia juga asik bermain dengan smartphone.

Aku tersenyum. Aku mengenal siapa mereka.

Dengan cepat aku berlari menuju kamarku dan berganti baju. Sebuah kaos lengan panjang berwarna baby blue dan celana jins kupakai untuk menutupi luka-lukaku. Sedikit make up untuk menyamarkan kantung mata dan sisir untuk merapikan rambutku. Terakhir, sebuah senyum manis yang membuat aku tampak segar. Ok! Aku siap!

Bergegas aku kembali ke pintu dan dengan satu tarikan napas aku membukanya.

"Silakan masuk, senang bertemu lagi dengan kalian!"

Aku memeluk mereka satu per satu dan mendaratkan salam tempel.

"Eh, gimana kabarmu?" Sapa Hanna, sang gadis memakai kaos putih.

Aku mengangguk singkat sambil mempersilakan mereka duduk. Mereka masuk sambil memandang sekeliling dengan kagum.

"Rumahmu keren abis!" Puji Sasha, dia berkeliling seraya melihat-lihat perabotan yang tertata rapi.

"Iya nih. Suasananya adem. Aku suka!"

"Makasih." Balasku seraya tersipu malu.

Aku menyusul partnerku duduk di sofa berwarna putih diikuti oleh kedua temanku. Kami terlibat perbincangan seru. Sasha dan Hanna bergantian bercerita tentang rumah mereka. Keluhan demi keluhan meluncur dari bibir mereka yang mungil. Aku mendengarkan dengan cermat dan dengan penuh perhatian. Sedikit mengangguk tanda mengerti dan beberapa pertanyaan kulontarkan untuk memancing mereka membuat percakapan itu semakin lebih hidup. Beberapa kali aku menoleh ke arah partnerku untuk melihat reaksinya. Aku memberikan beberapa saran sederhana untuk mengatur barang-barang di rumah mereka dan percakapan pun berlanjut, terus demikian sepanjang siang. Sampai akhirnya tiba saat mereka pulang.

"Eh, balik dulu ya. Thank you udah ngajak kita ke rumahmu."

"No problemo." Balasku pada Sasha dengan ringan seraya menemani mereka menuju pintu.

"Aku suka banget dengan rumahmu lho! Hari ini aku belajar banyak bagaimana menata rumahku dari kamu." Hanna masih terus saja memuji, "Bagus, rapi, tertata, ga kaya rumah kami yang amburadul. Aku pingin loh kaya kamu. Nanti aku akan datang lagi buat nanya-nanya tipsnya ya!"

"Tentu aja!"

"Okeh, byeeee~"

Mereka berjalan menjauh. Aku memandangi mereka hingga mereka menghilang di ujung jalan lalu aku menutup pintu dan menghela napas. Aku menyandarkan diriku pada tembok, kelelahan yang selama ini kusembunyikan menyergap kembali. Aku tersenyum sejenak sebelum menoleh ke arah partnerku. Seorang berjubah putih panjang dengan senyum lembut diwajahNya. TanganNya terulur dan membantuku berdiri. Dia memapahku untuk kembali ke ruangan gelap tersebut.

"Kamu sudah melakukan yang terbaik, nak. Jangan takut. Aku bersamamu...."

Senyumku melebar. Sebuah kelegaan mengalir ketika kata-kata tersebut keluar dari mulutNya. Aku memandang sekeliling. Ruangan-ruangan yang kulewati kini terlihat indah dan rapi, semua benda berada di tempatnya, namun sebelumnya ruangan-ruangan tersebut pernah sangat berantakan. Dialah yang menatanya dan mengendalikan hewan perusak itu, mengurungnya di sebuah ruangan khusus dan menemaniku menghadapinya dari waktu ke waktu. Aku mempererat genggaman tanganku ketika Ia membuka pintu tersembunyi yang gelap tersebut. Hawa dingin menyeruak. Aku dapat mendengar geraman binatang buas menyambutku. Kami berjalan masuk dan pintu tertutup di belakangku.

Tapi aku tidak takut....

Sebaliknya aku justru senang dapat menghadapi sisi terburukku bersama dengan Dia. Kupandang wajahNya yang tetap tenang dan penuh kendali dan aku tahu, aku akan menang dalam pertempuran ini.

______________________________________________________

Ada beberapa ayat yang menginspirasiku menulis ini:

Dinda, pengantinku, kebun tertutup engkau, kebun tertutup dan mata air termeterai - Kidung Agung 4:12

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. - Filipi 4: 13

Hmm, sorry kalo kurang smooth nyampeinnya hahahah~ agak terburu-buru dan belum sempat kupikir matang-matang alur ceritanya.... Jadi daripada bingung, aku share apa yang aku maksud :D

Intinya, kehidupan kita seperti sebuah rumah, ada ruangan keluarga, ada ruangan pelayanan, ada ruangan pekerjaan dan sebagainya. Saat kita tidak memiliki Tuhan, kedagingan kita akan menghancurkan segala sesuatu di ruangan-ruangan tersebut. Kita tidak punya kendali atas kedagingan kita, jika kita sanggup mengusirnya dari salah satu ruangan, dia akan pindah ke ruangan lain dan menghancurkan tempat itu. Hanya dengan kekuatan dari Tuhan, kita sanggup menghadapinya :)

Yang kedua adalah bagaimana kita menjaga hidup kita dihadapan manusia. Kadang kala kita gampang mengumbar masalah kita, dengan panik mencari dukungan doa sana sini tapi sebenarnya curcol #eaaa~ sehingga kita kehilangan waktu-waktu pribadi bersama Tuhan ketika kita menghadapi masalah tersebut. Aku belajar bahwa dimasa-masa tersulit kita, Tuhan justru berbicara paling banyak sehingga masalah menjadi sebuah pengalaman berharga berjalan bersamaNya. Ini bukan berarti kita tidak boleh sharing dengan gembala kita, atau orang tua rohani atau kakak rohani yang kita tahu bisa menjadi saluran Tuhan berbicara hanya saja, lihat-lihat siapa yang kita ajak bicara :)

Yang ketiga adalah walaupun sehebat apapun seseorang di luar, dia memiliki pertempurannya sendiri :) tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Bila kita mengagumi seseorang yang luar biasa, ingatlah selalu akan Pribadi yang selalu menopangnya.

Phew! Akhirnya bisa ngepost sesuatu.... Akhir-akhir ini banyak yang terjadi sehingga membuat waktu nulisku berkurang.... Mulai dari sambungan internet yang galau sampai writeblock.... Beberapa ide sudah bermunculan di kepalaku hanya saja begitu menghadapi halaman putih aku langsung blank.... Berusaha nulis pun, biasanya hanya beberapa baris lalu ide itu akan menguap akibatnya jumlah draftku meningkat hahahaha~ orz.... Semoga dalam waktu dekat aku bisa menyelesaikan dan mengeposnya disini :D

Heheeheh~ See ya! Happy New Year! And Have a blessed day!

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Everything But Ordinary, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena