Minggu, 08 Juli 2012

[Short Story] Death Seeker

Beautiful Death by Dana Harper Click Image to go to her blog

Aku menatap ke atas. Awan kelabu berarakan suram. Tak ada lagi warna cerah dari mentari, tak ada warna lain selain abu-abu. Dari ketinggian aku melihat gedung-gedung terbengkalai seperti jari-jari kurus berusaha mencakar langit. Terdengar dari kejauhan jeritan demi jeritan membelah kesunyian, sebuah siksaan dahsyat sedang terjadi di bawah.



Aku berbalik, berjalan menjauhi kota.... Jubah hitamku kubiarkan dipermainkan angin berusaha mengabaikan teriakan putus asa di belakangku. Sudah lama aku tak lagi benar-benar mendengarkan mereka dan mungkin tidak akan pernah lagi.


Satu jeritan lagi, seorang wanita. Melawan naluriku, aku berhenti dan menoleh....

Jeritan lagi, dari orang yang sama....

Aku berbalik perlahan namun baru setengah jalan, kutahan. Tidak ada yang bisa kulakukan. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk wanita itu. Tidak ada yang bisa kulakukan untuk menolong mereka. Mereka bisa menjerit sesuka hati mereka, menjerit sampai kerongkongan kering tapi tidak ada yang bisa kulakukan untuk menolong siapapun lepas dari penderitaan. Itu adalah bagian mereka dan tidak ada siapapun yang dapat mengambilnya dari mereka termasuk kematian. Aku mengambil napas panjang dan menghembuskannya dengan keras lalu berbalik untuk pergi.

Itulah keadaan saat ini. Kau bisa terjun bebas dari gedung tertinggi, kau bisa memotong urat nadimu sampai putus, kau bahkan bisa mencekik dirimu sampai kehabisan napas tapi kau tidak akan menemukan yang kau cari. Kematian sudah tak lagi mendekatimu. Bahkan jika kau sudah renta dan tubuhmu tak lagi sanggup menopang jiwamu, kau tetap akan terperangkap dalam badanmu....

Aku berjalan menyusuri jalan berdebu. Jeritan demi jeritan masih terdengar. Aku tak lagi peduli....

"KAU!!!" Panggil seseorang membuatku mengangkat kepalaku dan melihatnya.

Aku melihat seorang pria dengan luka sekujur tubuhnya. Beberapa diantara lukanya sudah membusuk dan bau anyir merebak darinya. Dengan tertatih-tatih dia mendekatiku.

"Bantu aku!!!" Perintahnya namun terdengar menyedihkan di telingaku. Dia berusaha mengulurkan tangannya untuk meraihku. Tanpa perlu susah payah aku menghindari genggamannya. Aku hanya mundur selangkah dan tangannya menggenggam udara. Orang selemah dia, aku harus kagum dia dapat berjalan sampai sejauh ini.

"Cepat! Sebelum mereka datang!!!"

Aku bergeming dan hanya menatapnya datar. Dia bukan orang pertama yang begitu putus asa sehingga berusaha mencariku.

Terdengar tangisan bayi. Perhatianku langsung terarah pada seorang wanita yang bersembunyi di semak-semak tak jauh dari kami sambil menggendong seorang bayi yang separuh mukanya dipenuhi luka membusuk membuat siapapun dengan hati nurani akan segera melakukan sesuatu.

"Ha! Kau pasti iba melihat dia bukan?!" Seru pria itu sambil tersenyum menang.

Aku kembali mengarahkan mataku padanya namun tetap tidak bergerak. Terdengar dengung sayap serangga mendekat. Wajah pria dan wanita itu langsung dipenuhi ketakutan yang amat sangat. Sang pria menatapku dengan mengancam.

"CEPAT!!!!"

Aku diam.

"Cepatlah!!!" Seru sang wanita.

Dengung itu semakin terdengar jelas, sedetik kemudian aku melihat belalang-belalang berekor kalajengking seperti asap bergerak mendekati kedua orang itu. Aku dapat melihat horor di mata mereka sebelum mereka berlari melewatiku. Aku memandang asap hitam itu dengan datar. Aku tahu belalang-belalang itu hanya tertarik pada mereka. Asap itu melewatiku dan mengejar, bernafsu menyiksa setiap manusia dengan sengat di ekornya. Tak lama kemudian terdengar jeritan pilu dibelakangku.

Aku berjalan menjauh. Membiarkan jubah hitamku tertiup angin.

"Bunuh kami, Maut!!!" Seru sang pria.

Aku berhenti, menoleh. Seluruh tubuhnya ditutupi asap hitam, hanya sepenggal dari mukanya yang masih terlihat.

"Biarkan kami mati!!!"

Aku memandang datar pada mereka sebelum menoleh tak peduli dan berjalan menjauh....

__________________________________________________

Wahyu 9: 6 Dan pada masa itu orang-orang akan mencari maut, tetapi mereka tidak akan menemukannya, dan mereka akan ingin mati, tetapi maut lari dari mereka.

Cerita ini terinspirasi dari ayat diatas dan sebuah cerita pendek yang pernah kubaca di buku pelajaran Bahasa Indonesia berjudul (kalau tidak salah) Kalender di Sayap Burung. Cerita itu sangat membekas di ingatanku. Kalau ada yang punya ceritanya tolong kontak aku heheheh~ I can't imagine jika kematian menolak kita.... Well, untuk sekarang itu hanya cerita tapi jika di akhir zaman, hal itu akan terjadi.... Berdoa semoga saat itu aku sudah berada di awan-awan bersama Tuhan Yesus heheheh~

Extra: Akhir-akhir ini banyak yang ingin aku share kan tapi kepalaku hanya mau bekerja ketika memikirkan fiksi hahahah~ Semoga aku dapat segera menulis lebih banyak Firman dan pengalaman yang aku dapat akhir-akhir ini :) God is working many things right now in my life :) see you at next post! Gbu~

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Everything But Ordinary, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena