Jumat, 30 Desember 2011

Surat untukmu

Teman-temanku yang terkasih,
Apa yang akan aku sampaikan kepadamu ini mungkin telah terjadi padamu tapi mungkin tak banyak yang menyadarinya dan melewatinya begitu saja. Karena itu izinkan aku untuk menceritakan pengalamanku sehingga bisa menjadi pengingat bagi setiap mereka yang mulai melupakannya.

Ada suatu masa ketika aku mendapati diriku berjalan. Aku tidak sendiri, ada ribuan orang yang melangkahkan kakinya bersamaku. Sejauh mata memandang, aku melihat mereka. Kami berjalan menuju arah yang sama. Aku tak tahu kemana, aku hanya ikut melangkah seiring dengan kaki mereka. Mengikuti orang banyak. Aku melihat wajah-wajah kosong mereka dan aku tahu ada yang salah. Jalanku maju tapi kakiku tak bisa berhenti untuk membawaku lebih dalam kepada kegelapan. Kakiku mengikuti derap mereka, dari hari ke hari semakin dekat kepada sesuatu yang mengerikan, aku tak tahu itu, aku hanya merasakannya dan aku takut. Pernah kucoba untuk menolak berjalan, tapi mereka tidak membiarkan aku. Mereka mendorongku dengan kasar, memaksa untuk kembali berjalan. Aku kembali melangkah….

 Sampai suatu titik, AKU TIDAK MAU! Tapi aku tidak tahu kemana lagi arah yang aku tuju selain bersama orang-orang itu. Kiri, kanan, aku buta arah dan aku hanya bisa berjalan maju. Aku terperangkap!!!

Pada saat aku menangis itu, aku merasa ada sebuah tangan yang menepuk pundakku, membuatku berhenti. Aku tak tahu siapa tapi aku dapat melihat sinarnya yang melewati punggungku. Dengan perlahan dan lembut, tangan itu menuntun tubuhku untuk berbalik. Pada saat itu aku melihat sebuah cahaya yang begitu terang dan aku tahu bahwa itulah yang aku cari selama ini. Aku tak tahu bagaimana bisa aku tidak melihat cahaya itu. Aku menoleh dan menatap Sang Pemilik tangan dan kudapati Dia sedang tersenyum. Dia mengulurkan tangan-Nya dan aku menerima-Nya. Kugenggam erat tangan yang menuntunku ke arah cahaya itu, aku tahu, ada kemuliaan yang menantiku diujung jalan penuh cahaya itu.

Teman-temanku yang terkasih. Aku yakin kalian juga pernah mengalami hal yang sama ketika Yesus mengulurkan tangan-Nya kepada kalian dan aku yakin kalian juga menerima tangan yang terulur itu. Hanya kadang, kita sering melupakan betapa luar biasanya perasaan ketika kita pertama kali melihat cahaya itu dan mengarahkan mata kita kembali pada kegelapan. Semoga cerita ini bisa mengingatkan kalian tentang betapa indahnya saat-saat pertobatan kita, ketika Tuhan pertama kali menyentuh kehidupan kita secara pribadi. Tetap ingat hal itu, teman-temanku, agar kita bisa bertahan ketika orang-orang dari masa lalu kita memaksa kita untuk kembali ke jalan gelap itu.

Terima kasih telah membaca suratku ini, sampai jumpa lagi di kemuliaan Tuhan di ujung jalan kita. Amin

Dari temanmu
yang mengasihimu


Tulisan ini juga dapat dibaca di Buku kenangan
Satelit Soldier of Faith - Gereja Mawar Sharon Surabaya

0 comments:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

© Everything But Ordinary, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena